SEJARAH SINGKAT KERAJAAN ISLAM SAMUDERA PASAI

       Kerajaan Islam Samudera Pasai terletak di Pantai Timur Sumatera, tepatnya di antara sungai Jambu Air dan Sungai Pasai di Aceh Utara. Ibukota kerajaan Islam ini terletak di Pasai. Pada mulanya, kerajaan Samudera Pasai terdiri dari dua daerah yang berdiri sendiri, yakni Samudera dan Pasai. Kedua daerah tersebut telah dikenal oleh para pedagang jauh sebelum kedatangan agama Islam. Para pedagang tersebut telah menjadikan daerah ini sebagai tempat persinggahan dan tempat bermukim saudagar-saudagar Arab, Pasai dan India. Akan tetapi setelah Islam menguasai daerah tersebut, kedua daerfah otonom berada dalam satu wilayah kekuasaan Islam, sehingga namanya menjadi kerajaan Islam Samudera Pasai.
       Berdirinya kerajaan Islam Samudera Pasai pada tahun 1285 M mendapat dukungan politis dari kerajaan Mamluk di Mesir. Hal itu ditandai dengan datangnya utusan kerajaan Mamluk pada saat penobatan Merah Silu menjadi raja Islam yang pertama di Samudera Pasai. Sultan Mamluk dari Mesir memerintahkan kepada Syaikh Ismail datang ke Samudera Pasai mewakili Sultan Mamluk dari Mesir. Dengan penobatan itu, berarti Merah Silu resmi menjadi raja Islam pertama di Samudera Pasai dengan gelar Malikus Saleh. Ia menganut madzhab Syafi'i sesuai dengan Sultan Mamluk di Mesir. Malikus Saleh memerintah dari tahun 1285-1297 M.
       Dalam menjalankan pemerintahannya Malikus Saleh di bantu oleh Seri Kaya dan Bawa Kaya. Kedua orang itu diberi gelar Sidi Ali Khaeruddin dan Sidi Ali Hasanuddin. Diceritakan pula bahwa pada masa pemerintahan Malikus Saleh, datang seorang alim dari Mesir bernama Faqir Muhammad yang pernah lama bermukim di Malabar India. Kedatangannya ke Samudera Pasai mengemban misi dakwah Islam.
     Di Samudera Pasai, Faqir Muhammad melakukan penyebaran ajaran Islam. Kegiatannya ini mendapat perlindungan kuat dari Sultan Malikus Saleh, sehingga usaha dakwahnya berhasil dengan baik. Di antara kegiatan dakwah yang dilakukannya adalah mengadakan pengajian di istana yang dihadiri oleh para pembesar istana dan rakyat biasa. Dengan pendekatan pendidikan seperti ini, para pembesar dan pejabat istana serta masyarakat dapat memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Keadaan ini terus berlangsung meskipun sultan Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 685 H/1297 M.
       Setelah Sultan Malikus Saleh meninggal dunia, posisinya digantikan oleh anaknya, yaitu Sultan Muhammad (1297-1326 M). Ia bergelar Sultan Malikuz Zahir I. Tidak banyak catatan penting yang menjelaskan peran penting yang telah dimainkan Sultan Malikuz Zahir hingga ia meninggal dunia pada tahun 1326 M. Kemudian posisinya digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Ahmad Bahiam Syah (1326-1348), yang bergelar Sultan Malikuz Zahir II.
       Sultan Ahmad Bahiam Syah terkenal sebagai sultan yang rajin berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Dengan ketekunannya, banyak masyarakat yang memeluk Islam. Dengan demikian, agama Islam makin berkembang pada masa itu.
       Data mengenai perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai pemerintahan Sultan Ahmad Bahiam Syah dicatat dengan baik oleh pengembara muslim kenamaan Maroko, yaitu Ibnu Batutah, ketika ia berkunjung ke tempat itu pada tahun 1354 M. Menurut Ibnu Batutah, Sultan Samudera Pasai adalah orang yang cakap , gagah, dan pemeluk Islam yang taat. Dia adalah orang yang menjungjung tinggi agama dengan sungguh-sungguh. Ia berhasil mengislamkan penduduk di daerah-daerah sekitarnya.
       Setelah Sultan Ahmad Bahiam Syah meninggal dunia, posisinya digantikan oleh putranya yang bernama Zainal Abidin, yang memerintah dari tahun 1348-1406 M. Pada waktu memangku jabatan pemerintahan,ainal Abidin masih kecil, dan pemerintahan di pegang oleh pembesar kerajaan. Keadaan demikian mengakbatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi lemah. Keadaan itu diperparah ketika Samudera Pasai di serang oleh Kerajaan Siam dengan kekuatan 4000 tentara. Dalam serangan ini, Sultan Zainal Abidin ditawan. Sultan baru bebas setelah ditebus dengan dua ekor itik dari emas dan sebuah pisau emas diserahkan kepada Raja Siam.
       Setelah itu kerajaan Samudera Pasai diserang oleh kerajaan Majapahit pada tahun 1377. Serangan itu dilancarkan karena Hayam Wuruk dari Majapahit khawatir atas kerajaan Samudera Pasai, terutama di bidang perniagaan dan penyebaran agama Islam. sebab hal itu akan membahayakan posisi Majapahit dalam perdagangan dan kekuatan politik di Nusantara.
       Serangan yang dilancarkan Majapahit tidak dapat di tahan oleh Samudera Pasai, meskipun telah mendapat bantuan dari kerajaan Siam. Dengan demikian, kerajaan Samudera Pasai menjadi taklukan kerajaan Majapahit. Meskipun kerajaan Samudera Pasai jatuh ke tangan kekuasaan Majaphit, gerakan dakwah Islam tidak terhambat, bahkan berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan karena letak pusat kekuasaan Majapahit sangat jauh dengan Samudera Pasai, sehingga sulit melakukan kontrol atas wilayah kekuasaannya di luar Jawa.
       Untuk memperkuat peran dan posisi kerajaan, terutama di jalur perdagangan strategis di Selat Malak, Kerajaan Samudera Pasai menjalin hubungan politik dengan Malaka mealui perkawinan antara Raja Prameswara dengan putri Zainal Abidin. Hubungan ini berdampak positif terhadap penyebaran Islam di wilayah Malaka. Selain itu kedatangan para ulama ke Malaka, juga mempercepat proses Islamisasi.
       Dari situasi yang kurang menguntungkan, terjadi peperangan antara Samudera Pasai dengan tentara Nuku pada thun 1406 M. Dalam pertempuran ini Sultan Zainal Abidin tewas. Setelah itu, pemerintahan dipegang oleh Haidar Bahiam Syah tahun !406-1417 M. Setelah Haidar meninggal, posisinya digantikan oleh Nagor tahun 1417-1419 M. Setelah Nagor meninggal, posisinya digantikan oleh Ahmad Permala (Raja Bahoy) dari tahun 1419-1420 M.
Dari tahun 1420-1434 M, Samudera Pasai diperintah oleh Iskandar. Pada waktu itu terjadi hubungan dengan Tiongkok. Dari Tiongkok datang seorang utusan yang bernama Cheng Ha. Dengan adanya hubungan itu, pemerintah Tiongkon memberi jaminan perlindungan dan bantukan kepada Samudera Pasai dari serangan bangsa lain. Untuk memperkuat hubungan diplomatik tersebut, Sultan Iskandar muda melakukan kunjungan  balasan ke Tiongkok. Hanya saja ia tidak sempat melihat kerajaannya, karena keburu meninggal di sana.
       Sejak saat itu kerajaan Samudera Pasai tidak mempunyai kekuatan lagi, baik dalam bidang politik maupun perdagangan. Keadaan ini terus terjadi sehingga akhirnya kerajaan Samudera Pasai mengalami keruntuhan. Meskipun begitu, Kerajaan Islam Samudera Pasai tetap dikenal, karena kerajaan ini telah banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam di Nisantara. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah berkuasa di kerajaan Islam Samudera Pasai, berikut nama-nama mereka.

1). Sultan Al Malikus Saleh (1285-1297 M)
2). Sultan Muhammad (Al Malikuz Zahir I, 1297-1326 M)
3). Sultan Ahmad Bahiam Syah ( Al-Malikuz Zahir II, 1326-1348 M)
4). Sultan Zainal Abidin (1348-1406 M)
5). Sultan Haidar Bahiam Syah (1406-1417 M)
6). Sultan Nagor (1417-1420 M)
7). Sultan Ahmad Permala (1419-1429 M)
8). Sultan Iskandar (1420-1434)

       Setelah Sultan Iskandar wafat, pusat perdagangan pindah ke Malaka. Keadaan ini mempercepat keruntuhan kerajaan Samudera Pasai, sehingga setelah itu, tidak banyak data dan informasi yang diperoleh mengenai kelanjutan kerajaan ini.

Sumber: Buku Sejarah Kebudayaan Islam MTs kelas IX.

     

Comments

Popular Posts